KOMPAS.com -
Google mengumpulkan uang kas di luar
Amerika Serikat (AS) hingga 30 miliar
dollar AS atau sekitar Rp 344 triliun guna melakukan ekspansi bisnis hingga akuisisi perusahaan di luar AS.
Dalam dokumen yang diajukan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Saham AS,
Google juga mengatakan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk mendaftarkan paten atau membeli lisensi paten teknologi di luar AS.
Perusahaan juga memakai dana tersebut untuk menyewa atau membeli kantor dan pusat data di luar AS.
Hingga Maret 2014, kas luar negeri
Google mencapai 34,5 miliar
dollar AS, sementara kas di AS mencapai 25 miliar
dollar AS.
Tahun 2013 lalu,
Google telah melakukan akuisisi perusahaan pengembang peta digital Waze asal Israel yang diprediksi menncapai 1 miliar
dollar AS untuk memperkuat layanan
Google Maps.
Jika ditotal, selama satu dekade terakhir,
Google telah menghabiskan 27 miliar
dollar AS untuk mengakuisisi perusahaan, terutama perusahaan asal AS.
Akuisisi terbesar yang pernah dilakukan
Google adalah membeli perusahaan Motorola Mobility beserta patennya sebesar 12,5 miliar
dollar AS pada 2012. Sekarang,
Google menjual kembali Motorola Mobility kepada
Lenovo sebesar 2,9 miliar
dollar AS, namun hal itu masih menunggu persetujuan regulator di AS dan Tiongkok.
Menghindari pajakSebagian besar pendapatan
Google dilaporkan berasal dari negara di luar AS. Seperti kebanyakan perusahaan teknologi besar lain,
Google mendapat banyak kritik lantaran menyimpan uang di luar negeri untuk menghindari pembayaran pajak di AS.
Seperti dilaporkan
Reuters, anggota parlemen
Inggris dan Perancis telah mengecam
Google yang terkesan menghindari pajak di negara-negara mereka. Sementara itu,
Google memperbesar uang kas di Irlandia karena pembayaran pajak di negara tersebut lebih rendah dibandingkan negara Eropa lain.
Kendati demikian,
Google mengklaim bahwa semua laporan keuangannya telah sesuai dengan undang-undang pajak yang berlaku di negara tertentu.
Sebelumnya,
Google didesak untuk membayar pajak yang "adil" di negara tempat mereka beroperasi. Namun, 90 persen pemegang saham menolak desakan tersebut.