Awal 2015, Rupiah Bisa di Kisaran 10.500 Per Dollar AS - Kompas.com
Senin, 8 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Awal 2015, Rupiah Bisa di Kisaran 10.500 Per Dollar AS

Rabu, 16 April 2014 | 19:53 WIB
SHUTTERSTOCK Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com — Mata uang rupiah diprediksi mengalami apresiasi atas dollar AS hingga di bawah Rp 11.000 per dollar AS pada akhir 2014.

"Rupiah akhir tahun bisa di Rp 10.900 per dollar AS. Tapi, ada kemungkinan melemah sedikit di Rp 11.700 di akhir semester satu. Jadi, melemah dulu, kemudian bisa menguat," kata ekonom Standard Chartered Bank, Eric Sugandi, di Jakarta, Rabu (16/4/2014).

Standard Chartered Research memperkirakan pada triwulan II-2014, rupiah akan melemah di level Rp 11.700 per dollar AS dan kembali menguat pada triwulan III-2014 di level Rp 11.300 per dollar AS. Pada triwulan IV-2014, rupiah baru diperkirakan di level Rp 10.900 per dollar AS.

Memasuki triwulan I-2015, rupiah diramalkan kembali menguat di level Rp 10.500 per dollar AS. Pola pelemahan rupiah akan berulang karena pada triwulan II-2015 diperkirakan rupiah kembali tertekan di level Rp 10.800 per dollar AS.

Ekonom senior Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, menengarai, tekanan rupiah sepanjang semester pertama tahun ini lebih disebabkan faktor risiko politik domestik, defisit neraca transaksi berjalan, di sisi lain dipengaruhi pula oleh kebijakan tapering off Federal Reserve.

Di sisi lain, dia juga melihat, ada kesengajaan Bank Indonesia "mengizinkan" rupiah melemah selama masih sejalan dengan kondisi fundamental Indonesia. BI sengaja memperlambat pertumbuhan impor.

"Kebijakan (BI) tersebut memang mengarah pada menekan curent account defisit (CAD). Sebab, kalau CAD membengkak, rupiah jadi tidak menarik dan menekan ekonomi," katanya.

Selain proyeksi rupiah, hasil riset Standard Chartered juga menunjukkan, prediksi pertumbuhan PDB Indonesia tahun ini 5,8 persen. Tingkat imbal hasil SUN 10 tahun pada akhir tahun sebesar 8 persen, neraca perdagangan diramalkan bakal surplus 10 miliar dollar AS, serta neraca transaksi berjalan sebesar minus 24,9 miliar dollar AS. Sementara itu, cadangan devisa diperkirakan tembus 110 miliar dollar AS.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

Penulis: Estu Suryowati
Editor : Erlangga Djumena