Tiga Gangguan Makan yang Jarang Didengar - Kompas.com
Selasa, 14 Mei 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

Tiga Gangguan Makan yang Jarang Didengar

Selasa, 18 Maret 2014 | 11:48 WIB
Shutterstock Ilustrasi gangguan makan


KOMPAS.com -
Gangguan makan bukan merupakan fenomena baru. Standar kecantikan tertentu memberi tekanan pada pria dan wanita untuk membentuk tubuh yang mungkin tak realistis. Kendati demikian, penting bagi kita untuk mengerti tentang gangguan makan untuk mencegah makan berlebihan sekaligus kelapaaran.

Gangguan makan yang umum, seperti anoreksia atau bulimia, mungkin kerap kita dengar, khususnya pada wanita. Namun ada pula gangguan makan yang seringkali tidak terdiagnosis karena masih jarang orang yang mengalaminya. Berikut di antaranya.

1. Gangguan makan selektif

Gangguan ini seringkali diartikan sebagai pemilih makanan, padahal keduanya berbeda. Orang dengan gangguan ini percaya hanya ada sedikit jenis makanan tertentu yang bisa mereka makan. "Pemilih makanan tidak akan melakukan hal sekeras kepala ini," ujar Nancy Zucker dari Duke University.

Meskipun begitu, belum ada data yang menunjukkan jumlah orang yang mengalami gangguan makan ini. Survei yang dilakukan Zucker di tahun 2010 pada 7.500 orang tidak terlalu memberikan informasi prevalensi yang tepat. Kebanyakan orang malu dengan gangguan makan ini dan tidak mau terlihat kesulitan karenanya.

2. Pica

Kebanyakan orang pernah mengetahui gangguan ini namun tidak terlalu akrab dengan namanya. Pengidap pica makan benda-benda yang tidak umum dimakan, seperti kapur, kotoran, debu, pasir, dan benda-benda bukan makanan lainnya.

Menurut Psychology Today, jumlah orang yang mengidap pica mulai meningkat. Bahkan selama tahun 1999 hingga 2009 jumlahnya melonjak dua kali lipat dari 964 ke 1.862.

3. Sindrom makan tengah malam

Sindrom ini ditandai dengan episode berulang terbangun tengah malam dan makan banyak tanpa berpikir. Meskipun terlihat aneh, namun penting untuk mengerti gangguan ini dapat mempengaruhi kesehatan seseorang dengan cara emosional, mental, fisik. Sayangnya, belum ada studi yang mempelajari gangguan ini secara mendalam.

Penulis: Unoviana Kartika
Editor : Asep Candra
Sumber: Medical Daily