BlackBerry Mungkin Jual Beberapa Unit Bisnis - Kompas.com
Sabtu, 6 Juli 2024

Kaleidoskop 2016

Kaleidoskop 2016

Simak rangkuman peristiwa, informasi, dan ulasan topik hangat yang terjadi selama tahun 2016..

BlackBerry Mungkin Jual Beberapa Unit Bisnis

Sabtu, 31 Agustus 2013 | 12:26 WIB
Aditya Panji/KompasTekno
BlackBerry
JAKARTA, KOMPAS.com - Bert Nordberg, seorang anggota komite khusus yang sedang membahas langkah strategis untuk menentukan masa depan BlackBerry, mengatakan perusahaan itu dapat bertahan sebagai pembuat ponsel pintar. Tetapi, BlackBerry harus menjual beberapa unit bisnis.

Seperti dikutip dari The Wall Street Journal, Nordberg mengatakan bahwa langkah itu belum sepenuhnya bulat, dan belum menentukan unit bisnis apa yang akan dijual. Komite khusus masih terbuka atas kemungkinan menjalin kemitraan atau menjual perusahaan.

Jika BlackBerry memilih untuk menjadi pemain kecil dalam persaingan pasar ponsel pintar global, Nordberg memprediksi perusahaan itu akan mengalami kesulitan.

Pertengahan Agustus lalu, dewan direksi membentuk komite khusus yang akan membahas pilihan terbaik untuk meningkatkan nilai dan skala perusahaan. Pembahasan ini diharap bisa jadi solusi untuk mengatasi kinerja perusahaan yang terus turun.

Ada empat kemungkinan yang akan diambil komite khusus. Pertama, tidak melakukan langkah strategis apa pun dan melanjutkan rencana awal; kedua, melakukan strategic line yang mungkin bisa bekerja sama dengan perusahaan lain dalam hal lisensi paten dan aplikasi; ketiga, membentuk perusahaan patungan; dan yang keempat adalah menjual perusahaan.

Beberapa hari lalu The Wall Street Journal juga mengabarkan, BlackBerry sedang mempertimbangkan untuk memisahkan layanan BlackBerry Messenger (BBM) menjadi anak perusahaan yang beroperasi secara independen.

Rencananya, anak perusahaan ini akan diberi nama BBM Inc, yang akan jadi salah satu aset bernilai tinggi. Dan tak menutup kemungkinan, BBM Inc akan bersaing dengan layanan pesan instan lain seperti WhatsApp, Line, KakaoTalk sampai WeChat.
Penulis: Aditya Panji
Editor : Wicak Hidayat
Sumber: The Wall Street Journal