KOMPAS.com -
Instagram kedatangan program jahat yang doyan "tebar pesona" alias suka menambah tanda
like (love) sebuah foto atau menambah jumlah
follower suatu akun. Program jahat ini kemudian diperjual-belikan di forum
online karena memiliki potensi bisnis.
Para ahli keamanan mengatakan kepada
Reuters, perusahaan yang ingin mempromosikan merek atau produknya lewat
Instagram, tertarik dengan program jahat itu. Mereka ingin jumlah
follower bertambah dan foto yang dipublikasi mendapat banyak
like untuk meningkatkan reputasi dan popularitas.
Menurut perusahaan keamanan RSA, harga untuk 1.000
follower adalah 15
dollar AS, sementara 1.000
like dijual seharga 30
dollar AS.
RSA berpendapat, harga itu lebih mahal dari data 1.000 nomor kartu kredit yang paling kecil dihargai 6
dollar AS oleh para peretas di forum
online.
Juru bicara
Facebook, Michael Kirkland mengatakan, pihaknya terus berusaha meningkatkan sistem keamanan di
Instagram, sebuah perusahaan rintisan yang dibeli
Facebook pada April 2012 seharga 1 miliar
dollar AS.
"Kami bekerja keras untuk membatasi spam di layanan kami dan melarang pemilk akun melakukan cara yang tidak sah atau otomatis," ujar Kirkland, seperti dikutip dari
Reuters.
Program jahat yang menjangkiti
Instagram ini merupakan hasil modifikasi dari Zeus, sebuah virus yang biasa digunakan untuk mencuri data kartu kredit. Menelisik sejarahnya, Zeus pertama kali muncul pada 2007 sebagai
botnet untuk mencuri data perbankan dan berhasil menginfeksi ratusan juta komputer.
Menurut para ahli keamanan, ini merupakan pertama kalinya Zeus dimodifikasi sebagai program untuk menambah jumlah
follower dan
like di jejaring sosial internet. Fenomena ini sekaligus memberi pertanda betapa penting bisnis media sosial bagi perusahaan pemilik merek atau produk.
"Pemilik akun hanya sarana untuk mencapai tujuan. Para penjahat siber selalu mencari keuntungan," kata Chris Grier, pakar keamanan komputer dari University of California.