Para Napi Manfaatkan Limbah Infus agar Bisa Saksikan Gerhana

Rabu, 9 Maret 2016 | 14:44 WIB
KOMPAS.COM/KIKI ANDI PATI Untuk menyaksikan gerhana matahari, warga binaan rumah tahanan klas II A Kendari memakai kacamata sederhana dari limbah plastik infus

KENDARI, KOMPAS.com — Meski tengah ditahan, warga binaan di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II A Kendari, Sulawesi Tenggara, tak ingin kehilangan momen menyaksikan langsung fenomena alam langka gerhana matahari total, Rabu (9/3/2016) pada pukul 08.40 Wita.

Mereka menggunakan limbah plastik yang dilubangi dan memanfaatkan genangan air dalam rumah tahanan tersebut untuk melihat secara langsung momen matahari tertutup bulan secara bergantian.

"Kami ingin memastikan apakah gerhana matahari terjadi di sini atau hanya di daerah lain. Dengan alat limbah infus, kacamata, dan pantulan cahaya dari air genangan, kami bisa lihat matahari berbentuk sabit. Kami shalat karena gerhana terjadi, tetapi hanya sebagian," kata April, salah seorang warga binaan di Rutan Kendari, Rabu.

Aksi ini mereka lakukan setelah mengikuti shalat gerhana yang digelar oleh pihak rutan.

Kepala Rutan Kendari, Syamsir Alam, mengatakan, untuk kali pertama, rutan menggelar shalat gerhana matahari sebanyak dua rakaat. Kegiatan ini dilaksanakan atas instruksi pihak Divisi Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sulawesi Tenggara.

"Shalat gerhana seperti ini hanya bisa dilakukan dalam 33 tahun sekali. Kendari pernah dilalui gerhana matahari total pada tahun 1983 silam. Kegiatan ritual seperti ini memang sengaja kami lakukan mengingat ini peristiwa langka. Jadi, akan banyak napi yang ada saat ini tidak bisa melihat lagi gerhana matahari total berikutnya karena faktor usia," kata Syamsir.

Shalat gerhana matahari diikuti ratusan warga binaan di Lapas Kelas II Kendari yang digelar di lapangan upacara tempat itu. Untuk diketahui, wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) hanya dilalui gerhana matahari sebagian pada pukul 07.28 hingga pukul 10.01 Wita. (K69-12)

Penulis : Kontributor Kendari, Kiki Andi Pati
Editor : Caroline Damanik