Awan Membuat Risau Pemburu Gerhana Matahari Total di Maba
MABA, KOMPAS.com - Kerisauan dirasakan peneliti dan pemburu gerhana di Maba, Halmahera Timur.
Cuaca cenderung berawan pada pagi hari, cerah untuk beberapa saat, dan kemudian berawan lagi hingga sore.
Bila ini berlangsung pada Rabu (9/3/2016) maka keindahan gerhana matahari total tak bisa dilihat.
"Cuacanya berawan seperti ini, jadi pesimis," gumam Emmanuel Sungging Mumpuni, pimpinan tim peneliti gerhana Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Selasa (8/3/2016) di Maba.
Benjamin Boe, mahasiswa dari Departemen Astronomi, University of Hawaii juga mengungkapkan kerisauannya.
"Ini terus menerus berawan. Hari ini (8/3/2016) adalah yang terburuk selama beberapa hari. Semoga besok tidak begini," katanya.
Meski cuaca berawan, peneliti tetap melakukan persiapan dan simulasi pengamatan sebisa mungkin.
Di Maba, ada sejumlah titik penelitian. Tim LAPAN dan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) melakukan pengamatan di Alun-alun Maba.
Sementara itu tim Universitas Hawaii dan astronom amatir dari Ceko melakukan pengamatan di kantor Bupati Maba.
Tim Langitselatan mengamati di SMK Maba dan tim peneliti Perancis mengamati di Pulau Plun.
Prakiraan terakhir Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa sejumlah kota yang mengalami gerhana matahari total memang cenderung berawan.
Muko-muko, Palembang, dan Tanjung Pandan 85 persem tertutup awan. Palangkaraya 65 persen tertutup awan. Balikpapan 30 persen tertutup awan. Palu 40 persen tertutup awan dan Ternate 75 persen tertutup awan.
Penulis | : | Yunanto Wiji Utomo |
Editor | : | Heru Margianto |