Saat Keluarga Soeharto Ketakutan Menyaksikan Gerhana Matahari Total 1983...

Selasa, 8 Maret 2016 | 07:07 WIB
KOMPAS.com/M Wismabrata Putri mantan presiden Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana atau yang dikenal dengan Mbak Tutut (kiri) dan Siti Hediati Haryadi atau Titiek Soeharto (kanan) hadir dalam ziarah yang digelar oleh calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto di makam Soeharto di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (8/6/2014). Hadir pula putera Prabowo dan Titiek, Didit Hadiprasetyo.

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketakutan yang melanda rakyat Indonesia pada 11 Juni 1983 juga dirasakan keluarga penguasa Orde Baru saat itu, Soeharto.

Anjuran pemerintah agar masyarakat tidak keluar dari rumah saat gerhana matahari total terjadi pada hari itu ternyata juga dilakukan oleh keluarga Cendana.

Siti Hediati Hariyadi atau akrab disapa Titiek Soeharto mengingat bahwa pada hari gerhana matahari total terjadi itu, seluruh keluarganya berkumpul di rumah, tak terkecuali Presiden kedua RI Soeharto dan Ibu Tien.

"Kita di rumah saja. Karena katanya kan bahaya kalau melihat itu," kata Titiek kepada Kompas.com, Senin (7/3/2016).
 
Menurut Titiek, larangan untuk melihat gerhana matahari total secara langsung pada saat itu bukanlah propaganda yang dibuat-buat pemerintah.

(Baca: Gerhana Matahari Total dan Paranoia Penguasa Orba)

Sejumlah ahli, kata dia, memang sejak jauh-jauh hari menginformasikan kepada Soeharto adanya bahaya gerhana matahari total yang bisa menimbulkan kebutaan.

Politisi Partai Golkar ini menduga, teknologi yang saat itu belum canggih membuat para peneliti itu salah kaprah soal fenomena gerhana matahari total. 
 
Soeharto sebagai kepala pemerintahan pun langsung menginstruksikan jajarannya untuk menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai bahaya gerhana matahari total itu.
 
"Karena ahlinya bilang begitu, Presiden kan hanya menerima masukan. Tetapi, sekarang katanya sudah boleh (melihat gerhana matahari), ternyata enggak apa-apa," ujar Titiek.

(Baca: Gerhana Matahari dan Dendam Si Buto)

Alhasil, 33 tahun silam, keluarga Cendana beserta banyak keluarga Indonesia lainnya melewatkan sebuah fenomena alam yang menakjubkan.

Pada hari itu, puluhan peneliti asing berbondong-bondong datang ke Indonesia hanya untuk menyaksikan gerhana matahari total yang disebutkan terindah dari yang pernah ada di dunia.

Lantaran adanya kekeliruan informasi pada tahun 1983 itu, Titiek pun tak mau mengulangi kesalahan yang sama pada tahun ini.

(Baca: Catat, Ini Waktu Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di 8 Kota Indonesia)

Pada 9 Maret 2016, saat gerhana matahari total kembali menyapa Indonesia, Titiek mengaku tak mau melewatkan fenomena alam itu.

Jika tak memiliki kesibukan lain, dia berencana menyaksikan gerhana matahari total dari Palembang.
 
"Ini kan digembar-gemborinnya sudah lama, semoga bisa menarik turis ke sini jugalah," tambah dia.

Penulis : Ihsanuddin
Editor : Sabrina Asril