Wisatawan Mulai Berdatangan

Sabtu, 5 Maret 2016 | 19:06 WIB
KOMPAS/KARTONO RYADI Keindahan Gerhana Matahari Total (GMT) yang banyak diburu orang. Foto ini diambil dari Pantai Penyak, 36 kilometer di selatan Pangkal Pinang, Bangka, Sumatera Selatan, saat terjadi GMT 18 Maret 1988. GMT akan kembali terjadi di wilayah Indonesia pada 9 Maret 2016.

PALU, KOMPAS - Para pemburu gerhana mulai berdatangan ke sejumlah kota yang dilintasi jalur gerhana matahari total, 9 Maret 2016. Persiapan berbagai festival pun memasuki tahap akhir. Namun, sejumlah wisatawan membatalkan kunjungan ke Sulawesi Tengah akibat isu keamanan di daerah itu.

Di Palu, Sulawesi Tengah, wisatawan mancanegara dan domestik, Jumat (4/3/2016), tampak lalu lalang di sejumlah daerah wisata yang juga akan dijadikan lokasi pengamatan gerhana, seperti pantai di Teluk Palu. Keberadaan mereka tampak di sejumlah pertokoan di Kota Palu.

Sementara di Desa Pakuli Utara, Kabupaten Sigi, tenda-tenda untuk berbagai kegiatan hiburan, pameran produk kerajinan, hingga berbagai sarana pendukung sudah disiapkan. Lapangan di desa itu juga jadi salah satu lokasi pengamatan gerhana.

Pantauan Kompas di sejumlah kota yang bisa menyaksikan gerhana matahari total (GMT) menunjukkan hal serupa.

Masyarakat dan pelaku usaha mulai bergairah menyambut gerhana sekaligus kehadiran banyak wisatawan. Puncak kedatangan wisatawan diperkirakan pada 7 dan 8 Maret atau satu-dua hari sebelum gerhana.

Di Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (3/3/2016), 1.300 turis asing datang memakai kapal pesiar Holland America Line.

Kapal yang berangkat dari Singapura itu akan mengunjungi sejumlah obyek wisata lain di Indonesia, mulai Borobudur, Bromo, Bali, Pulau Komodo, Lombok, Makassar, dan menyaksikan GMT di tengah Selat Makassar.

Di Palembang, Sumatera Selatan, makin dekatnya puncak kedatangan wisatawan membuat pemesanan hotel untuk beberapa hari ke depan di kota itu mulai sulit.

”Palembang jadi pilihan wisatawan melihat GMT karena ada bandara internasional yang punya penerbangan langsung dari Bali,” kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Sumsel Herlan Aspiudin.

Momen GMT bertepatan dengan hari raya Nyepi. Kondisi itu dimanfaatkan sejumlah wisatawan di Bali untuk mengunjungi daerah lain di Indonesia, terutama Palembang.

Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, hotel berbintang dipesan banyak wisatawan. Bahkan, sejumlah hotel menambah fasilitas pengamatan dan pemotretan gerhana matahari sesuai permintaan wisatawan.

”Mayoritas turis yang akan menginap berasal dari Jepang,” kata Manajer Umum Hotel Neo Palangkaraya Dahniar Husain.

Gairah juga terlihat di sejumlah obyek wisata di dekat daerah yang dilintasi jalur GMT. Salah satunya, Taman Laut Bunaken di Manado, Sulawesi Utara.


Di Manado, gerhana hanya akan tampak sebagian. Namun, mereka bisa melihat GMT di Sulawesi Tengah atau Maluku Utara.

”Ada 250 wisatawan ingin menyaksikan GMT sambil menikmati Taman Laut Bunaken,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Manado Hendrik Waroka.

Menghimpun data

Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana, turis, peneliti, dan pehobi petualang mulai berdatangan untuk menyaksikan GMT.

Namun, Kemenpar belum mengetahui jumlah wisatawan asing dan domestik yang akan menyaksikan GMT. ”Data baru bisa diumumkan setelah GMT,” kata Pitana.

Sementara di Stadion Sanaman Mantikei, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, sejumlah pekerja membuat replika rumah betang atau rumah tradisional suku Dayak untuk pameran produk kreatif daerah itu. Pada malam jelang gerhana, akan digelar tarian kolosal oleh 150 penari.

Namun, Direktur Adventure Indonesia, agen perjalanan turis Jepang di Manado, Monty Sorongan mengatakan, sekitar 500 wisatawan Jepang batal berkunjung ke Palu dan Luwuk, Sulawesi Tengah, setelah mendapat informasi ancaman keamanan di daerah itu.

”Setelah pemberitaan pemberantasan terorisme di sana, mereka mundur,” katanya.

Padahal, selain ke Palu dan Luwuk, mereka akan berkunjung ke Manado dan Morotai, Maluku Utara. (VDL/IDO/DKA/RAM/ZAL/MED/WIE/WHO/GER/ARN)

Editor : I Made Asdhiana
Sumber : Harian Kompas