Cerita Pak Bupati Tak Lagi Merasa Gerhana Matahari Itu Menyeramkan

Kamis, 3 Maret 2016 | 19:30 WIB
Kompas.com/ Syahrul Munir Bupati Semarang periode 2016-2021, Mundjirin.

UNGARAN, KOMPAS.com - Gerhana matahari total akan terjadi di Indonesia pada tanggal 9 Maret mendatang. Bupati Semarang Mundjirin mengaku baru dua kali mengalami fenomena alam yang langka ini.

"Seingat saya dua kali ya, tapi tahunnya lupa," kata Mundjirin, Kamis (3/3/2016).

Perbedaan peristiwa gerhana matahari dulu dan sekarang, menurut Mundjirin, sangat berbeda. Mundjirin yang kini berusia 64 tahun ini mengaku, peristiwa gerhana matahari dulu selalu identik dengan sesuatu yang menyeramkan.

"Dalam benak saya (dulu), gerhana matahari itu serem. Orang tidak boleh keluar rumah, takut matanya buta," ujarnya.

Adapun yang berani keluar rumah, mereka tidak berani melihat langsung ke arah matahari, melainkan melihat pantulan matahari melalui air di dalam ember. Selebihnya hanya melihat siaran langsung dari TVRI.

"Dulu disuruh liat di tivi atau kalau lihat harus pakai air," jelasnya.

Pada peristiwa gerhana matahari total 9 Maret mendatang, Mundjirin mengaku tidak menyiapkan acara khusus untuk menyaksikannya lantaran wilayahnya tidak masuk dalam lintasan bayangan bulan sempurna seperti yang dialami oleh sejumlah daerah di 12 provinsi di Indonesia.

Namun sebagai seorang Muslim, Mundjirin akan melaksanakan shalat sunnah gerhana matahari atau shalat kusuf.

"Mengenai tempatnya sedang diatur Kabag Kesra," ujarnya.

Dia pun mengimbau warganya untuk tidak mengait-ngaitkan gerhana matahari ini dengan takhayul yang pernah berkembang pada zaman dulu. Gerhana matahari, imbuhnya, hanyalah fenomena alam biasa.

"Tidak ada yang perlu ditakutkan tentang ini. Setelah (gerhana) selesai ya kerja lagi seperti biasa," pungkasnya.

Penulis : Kontributor Ungaran, Syahrul Munir
Editor : Caroline Damanik