Gerhana Matahari dan Irama Pengusir Raksasa

Selasa, 23 Februari 2016 | 20:57 WIB
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO Sejumlah orang muda dari sanggar-sanggar kesenian di Palangkaraya, Kalimantan Tengah memainkan alat musik tradisional Dayak gandang karempet dalam latihan persiapan tari kolosal menyambut Gerhana Matahari Total pada 9 Maret mendatang. Latihan digelar di Gedung Olah Seni Kota Palangkaraya, Jumat (19/2/2016) malam.

KOMPAS.com - Mitos yang beredar di sebagian masyarakat Indonesia menyebut, gerhana terjadi karena sesuatu telah memakan matahari atau bulan seperti sosok raksasa. Dalam logika mitos yang sama, diyakini pula bahwa tetabuhan atau membunyikan perkakas musik bisa mengusirnya.

Mitos ini adalah wujud keteguhan manusia Indonesia untuk menjemput terang di tengah kegelapan karena fenomena alam.

Keteguhan itu diwujudkan oleh masyarakat Jawa dengan menabuh lesung dan kentongan secara spontan saat gerhana terjadi. Kolaborasi tersebut menghasilkan pertunjukan perkusi yang dinamai gejog lesung.

Hal serupa juga dilakukan masyarakat Dayak di Kalimantan. Mereka memukul gandang karampet, atau kendang yang bermembran satu, gandang menca atau kendang dengan dua membran, saat gerhana tiba.

Suara kendang berpadu dengan suling dan garantung atau gong, sakatakok atau kentongan, dan kenong, menjadi ritual yang sakral.

Tidak ketinggalan, masyarakat di Maluku Utara juga membuat kegaduhan saat gerhana tiba. Benda apa pun di dekat mereka dibunyikan senyaring mungkin untuk mengusir kegelapan dan mengharap terang datang kembali.

Tradisi-tradisi yang masih terpelihara ini nantinya akan ditemui pada gerhana matahari total yang berlangsung di Indonesia tanggal 9 Maret 2016 mendatang.

Lebih lengkap soal ini serta makna di balik tradisi tersebut bisa disimak dalam laporan di Harian Kompas, Rabu (24/2/2016). Laporan disusun oleh Nawa Tunggal, Megandika Wicaksono, dan Frans Pati Herin.

Laporan dipaparkan untuk mencatat beberapa tradisi masyarakat dalam menghadapi gerhana berikut menggali makna di belakangnya dan menarik pelajaran yang bisa relevan untuk masa kini.

Simak laporan menyambut Gerhana Matahari Total di harian Kompas edisi hari Rabu (24/2/2016), atau silakan berlangganan di http://kiosk.kompas.com dan baca versi e-papernya di http://epaper.kompas.com.


Penulis : Didit Putra Erlangga Rahardjo
Editor : Wisnu Nugroho