Dari Sisi Cuaca, Inilah 4 Kota Terbaik untuk Pengamatan Gerhana Matahari Total

Kamis, 11 Februari 2016 | 19:38 WIB
KOMPAS/KARTONO RYADI Keindahan Gerhana Matahari Total (GMT) yang banyak diburu orang. Foto ini diambil dari Pantai Penyak, 36 kilometer di selatan Pangkal Pinang, Bangka, Sumatera Selatan, saat terjadi GMT 18 Maret 1988. GMT akan kembali terjadi di wilayah Indonesia pada 9 Maret 2016.

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan, wilayah barat Indonesia akan lebih cerah saat terjadinya gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 mendatang.

Peluang hujan di wilayah barat Indonesia lebih kecil daripada wilayah timur sehingga peluang terlihatnya gerhana matahari lebih besar.

"Bengkulu, Palembang, Palangkaraya, dan Palu peluang hujannya paling kecil. Jadi sebaiknya pergi ke sana," kata Yunus Subagyo Swarinoto, peneliti senior bidang klimatologi dari BMKG.

Menurut Yunus, peluang hujan di keempat wilayah itu 20 persen. Sementara peluang hujan di wilayah Ternate dan Maba yang sebenarnya akan mengalami gerhana terlama 90 persen.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Mulyono Prabowo, mengungkapkan bahwa prakiraan cuaca itu sesuai dengan data pola cuaca di berbagai wilayah Indonesia selama bertahun-tahun.

Awal tahun, pembentukan awan terkonsentrasi wilayah barat Indonesia. Wilayah timur cenderung cerah. Pertengahan tahun, terjadi hal sebaliknya.

"Maret nanti adalah masa transisi. Awan mulai terbentuk di wilayah timur," kata Mulyono dalam konferensi pers di Jakarta pada Kamis (11/2/2015).

Kondisi cuaca di wilayah Bengkulu dan Palembang juga lebih baik dibandingkan Belitung. Itu disebabkan wilayah Belitung yang berupa kepulauan.

Yunus mengatakan, pagi hari, awan masih banyak terbentuk di lautan. Wilayah kepulauan seperti Belitung lebih banyak dipengaruhi oleh lautan sehingga pagi hari cenderung berawan.

Mulyono mengatakan, akurasi prakiraan cuaca kali ini adalah 60 persen. BMKG terus memperbarui prakiraan cuacanya. Prakiraan cuaca H-7 nanti 85 persen sementara 3 jam sebelumnya lebih dari 85 persen.

Teknologi modifikasi cuaca tidak mungkin dilakukan saat gerhana. Ongkos modifikasi cuaca pada wilayah yang luas akan terlalu besar.

Editor : Yunanto Wiji Utomo