Mengapa Indonesia Jadi Tempat Unik Melihat Gerhana Matahari Total?

Selasa, 26 Januari 2016 | 12:48 WIB
Agatha Bunanta Gerhana matahari total pada 22 Juli 2009 dilihat dari Kota Chongqing, China. Kamera Canon EOS 1D Mk3, ISO 800, rana 1/100 detik, diafragma 6,3, aperture priority dengan kompensasi minus 3, lensa 400 milimeter, dengan krop. Arsip Agatha Bunanta, pernah dimuat Kompas, 4/8/2009.

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerhana Matahari Total (GMT) pada 9 Maret 2016 akan melewati sekitar 12 provinsi di Indonesia. Hal tersebut menjadi salah satu alasan Indonesia menjadi tempat yang unik untuk melihat fenomena alam GMT.

"Tadi setelah diskusi dengan Thomas Djalaluddin, Kepala LAPAN, yang unik (Gerhana Matahari Total) ini adalah hanya terjadi di Indonesia atau dinikmati di darat paling banyak di Indonesia," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya di Jakarta, Senin (25/1/2016).

Arief mengatakan hal lain yang menjadikan GMT di Indonesia pada bulan Maret mendatang unik adalah selang waktu terjadinya GMT. Ia menambahkan GMT ini akan terjadi lagi di Indonesia sekitar 300-350 tahun mendatang.

"Dan yang ketiga lebih dari 100 event kepariwisataan dilaksanakan (terkait Gerhana Matahari Total 2016)," tambahnya.

Menurut Arief Yahya, fenomena alam GMT ini dari segi pariwisata disebut astro-tourism. Ia berharap para pemerintah daerah terkait dapat menggunakan fenomena alam yang jarang terjadi untuk promosi pariwisata.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djalaluddin mengakui fenomena alam GMT 2016 memang unik dan langka khususnya di Indonesia.

Ia mengatakan fenomena GMT yang melewati daratan hanya terjadi wilayah Indonesia. "Selebihnya di Lautan Hindia dan Pasifik," ungkap Thomas.

Gerhana Matahari Total 2016 akan melintasi 12 provinsi di Indonesia, seperti Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.

Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
Editor : I Made Asdhiana