Gerhana Tiba, Saatnya Bangunkan Pohon dan Angkat Anak Tinggi-tinggi

Senin, 25 Januari 2016 | 19:30 WIB
KOMPAS.com/Ahmad Winarno Warga memukul pohon saat terjadi gerhana. Hal itu dilakukan karena meyakini bahwa pohon-pohon akan berbuah dengan lebat dan tidak mati jika dipukul saat gerhana terjadi.

JEMBER, KOMPAS.com — Peristiwa gerhana sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia sehingga hadir dalam beragam cerita rakyat setempat.

Di Kabupaten Jember, Jawa Timur, misalnya, saat gerhana, warga yang tinggal di daerah pedesaan akan keluar rumah sambil mengajak anak-anak yang masih kecil lalu memegangi kepala mereka dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

Menurut Laili, warga Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, kepala anak-anak tersebut diangkat agar badan mereka semakin tinggi.

"Kata orang sini, kalau pas gerhana, berarti bulan ataupun matahari sedang sakit. Orang di sini menyebutnya bulen gerring (bulan sakit)," ungkapnya.

Pada saat kondisi matahari ataupun bulan sedang sakit itulah, anak-anak diangkat tinggi-tinggi dengan kepala dipegangi.

"Jadi, mumpung tidak ketahuan bulan ataupun matahari," katanya.

Baca juga: 12 Provinsi Dilintasi Gerhana Matahari Total

Selain cerita tersebut, warga juga biasanya akan keluar rumah lalu memukul-mukul pohon yang ada di sekitar pekarangan.

"Dipukul itu maksudnya agar pohon itu bangun dan tidak mati. Kata orang sini, karena kondisinya gelap saat gerhana, takut pohonnya kaget, makanya dibangunkan," ujarnya.

Sugeng Prayitno, warga Desa Patemon, Kecamatan Tanggul, mengaku bahwa di rumahnya juga terdapat cerita yang sama saat gerhana terjadi.

"Jadi, orang sekampung saya biasanya keluar rumah, lalu memukul-mukul pohon yang dimilikinya. Saya enggak tahu juga, kenapa harus dibangunkan. Namun, kata orang yang sudah sepuh, itu biar pohonnya berbuah lebat. Makanya, diikuti saja," kata Prayitno.

Yang berbeda, menurut Prayitno, adalah cerita bahwa anak-anak kecil diminta bergelantungan di pintu rumah saat gerhana.

"Ya bergelantungan begitu. Katanya biar cepat tinggi. Sebenarnya maknanya sama, agar anak-anak kecil cepat tinggi," lanjutnya.

Baca juga: Gerhana Matahari Total di Indonesia Akan Gemparkan Dunia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember, Sandi Suwardi Hasan, mengatakan, ada banyak cerita rakyat saat gerhana terjadi.

"Saya pikir ini adalah kekayaan bangsa kita karena bangsa lain tidak akan memiliki cerita seperti ini," ujarnya.

Secara umum, Sandi melanjutkan, cerita rakyat yang sering diperdengarkan saat gerhana terjadi hampir sama.

"Mayoritas begitu, jadi keluar rumah, kemudian memukul-mukul agar cepat berbuah, dan tidak mati, serta meminta anak keluar rumah kemudian ditarik kepalanya agar cepat tinggi," katanya.

Dia menambahkan, ada cerita lain juga yang berkembang di masyarakat saat gerhana terjadi. Dia menuturkan, saat peristiwa alam ini tiba, seorang wanita hamil harus bersembunyi di kolong tempat tidur.

"Jadi, kata orang, saat gerhana, matahari atau bulannya dimakan buto (makhluk halus). Karena takut kalau bayi dalam kandungannya dimakan buto itu, makanya harus bersembunyi di kolong tempat tidur," kata Sandi.

Penulis : Kontributor Jember, Ahmad Winarno
Editor : Caroline Damanik